Saturday, 15 March 2014

Keringat Pengabdian


Tetes keringat  menjadi saksi,
Saksi perjuangan abadi,
Mengabdi untuk ibu pertiwi

Berjejer satu, dua, tiga, hingga puluhan jejer untuk sesuap nasi
Dari yang duduk hingga berdiri, dari yang beralas tikar atau hanya sehelai goni
Tak peduli caci maki, hanya wujud bukti kepada wakil negeri,
Anak negeri, mampu berdikari
Dari tepi mereka mengabdi

Dingin hawa , tak jadi alasan untuk berdiam raga
Kapal nan tua, jadi teman setia, petang hingga pagi buta
Meski tak pernah sangka, berapa ekor yang terjala
Tak sekalipun takut leyapnya nyawa
Dari samudra mereka berkata, negeri kita kaya

Panas terik terus menyinari
Tetap tak goyahkan langkah kaki
Cangkul dan sapi, sejati mendampingi
Andai sehari cuti, berjuta rakyat lapar dan mati
Dari hamparan padi mereka berjanji, tak akan pernah sekalipun berhenti

Puluhan belati siap menghabisi
Ratusan senjata api terus mengintai
Jutaan peluru sedang menanti
Tapi hanya tekat berbakti yang tertancap di hati
Dari seluruh penjuru negeri mereka berteriak, langkahi dulu mayat kami

Puluhan tahun berusaha
Hingga tertuju tangga utama
Meski tak pernah dianggap ada
Senyum tawa bangga sudah cukup jadi pengobat luka
Dari arena , hanya satu cita-cita yang mereka bawa , JUARA

Sepeda setengah tua jadi teman setia
Tas kulit coklat lengkapi kemeja lusuhnya
Kaca mata besar, lapisi kelopak matanya
Jutaan ilmuwan, seniman, dokter, tentara, sarjana bahkan raja di didiknya
Hingga mampu lebihi capainnya
Tak peduli putera pejabat, menteri hingga petani, semua di rangkulnya
Sungguh pengabdiaannya, tak bisa diungkap lewat kata-kata
Dari balik meja , mereka tunjukan pengabdian tanpa tanda jasa

No comments:

Post a Comment