Tetes keringat menjadi saksi,
Saksi perjuangan abadi,
Mengabdi untuk ibu pertiwi
Berjejer satu, dua, tiga, hingga puluhan
jejer untuk sesuap nasi
Dari yang duduk hingga berdiri,
dari yang beralas tikar atau hanya sehelai goni
Tak peduli caci maki, hanya wujud
bukti kepada wakil negeri,
Anak negeri, mampu berdikari
Dari tepi mereka mengabdi
Dingin hawa , tak jadi alasan
untuk berdiam raga
Kapal nan tua, jadi teman setia,
petang hingga pagi buta
Meski tak pernah sangka, berapa
ekor yang terjala
Tak sekalipun takut leyapnya
nyawa
Dari samudra mereka berkata,
negeri kita kaya
Panas terik terus menyinari
Tetap tak goyahkan langkah kaki
Cangkul dan sapi, sejati
mendampingi
Andai sehari cuti, berjuta rakyat
lapar dan mati
Dari hamparan padi mereka
berjanji, tak akan pernah sekalipun berhenti
Puluhan belati siap menghabisi
Ratusan senjata api terus
mengintai
Jutaan peluru sedang menanti
Tapi hanya tekat berbakti yang
tertancap di hati
Dari seluruh penjuru negeri mereka
berteriak, langkahi dulu mayat kami
Puluhan tahun berusaha
Hingga tertuju tangga utama
Meski tak pernah dianggap ada
Senyum tawa bangga sudah cukup
jadi pengobat luka
Dari arena , hanya satu cita-cita
yang mereka bawa , JUARA
Sepeda setengah tua jadi teman
setia
Tas kulit coklat lengkapi kemeja
lusuhnya
Kaca mata besar, lapisi kelopak
matanya
Jutaan ilmuwan, seniman, dokter,
tentara, sarjana bahkan raja di didiknya
Hingga mampu lebihi capainnya
Tak peduli putera pejabat,
menteri hingga petani, semua di rangkulnya
Sungguh pengabdiaannya, tak bisa
diungkap lewat kata-kata
Dari balik meja , mereka tunjukan
pengabdian tanpa tanda jasa
No comments:
Post a Comment