“cittt..” ku rem dan
kumatikan mesin motor tuaku kemudian aku beranikan diri untuk menemui Novi yang
kala itu sedang mengistirahtkan badannya yang sangat kecapekan menuntun
kendaraannya.
“Maaf mbak, saya tadi
melihat Mbak sedang menuntun motor, apa bannya bocor/kendaraannya gak bisa
nyala?” Tanyaku
Aku melihat begitu
ketakutannya wajahnya, membayangkan aku akan melakukan sesuatu buruk kepadanya.
“Mas siapa ya? Jangan
macem-macem, atau saya teriak nih!” teriak takut Novita
Aku pun coba
meyakinkannya, “Tenang mbak saya tak punya niatan jahat apa-apa, tadi saya
melihat mbak begitu kepayahan menuntun motor, apa motor mbak sedang bermasalah?
Saya menawarkan bantuan kepada Mbak, lagian kalau mbaak teriak juga gak bakal
ada orang yang datang kesini”. Dengan senyum aku coba menenangkanya
.
“ooh, maaf mas. Iya,
ini gak tau kenapa tiba tiba motornya gak mau nyala. Gak tau accunya, atau
businya saya gak ngerti” Novita mencoba menjelaskannya pada ku. Terang aja aku
tidak terlalu paham masalah mesin-mesin seperti itu, secara tiap hari aku hanya
bergelut dengan kabel dan arus yang tak pernah terlepas dari benakku.
“Okke mbak, gini saja,
karena saya juga belum tau apa permasalahnnya, lebih baik besok aja dibawa ke
bengkel, gak mungkin juga malam malam ada bengkel buka, motor mbak biar saya
bawa aja, mbak pake dulu motor saya buat pulang kerumah mbak, mbak kosnya
dimana ya?” Aku coba tawarkan solusi itu padanya, dengan spontan dia jawab,
“Loh apa tidak
ngrepoti mas? Lha wong ini dekat aja, biar saya tuntun sendiri? Apa jangan
jangan mas nya ini…tolong..”
“ Mbak mbak, saya
samasekali gak ingin beriat jahat pada mbak, saya ikhlas, saya merasa bersalah
saja kalau membiarkan seorang gadis pulang sendiri dengan menuntun motor
ditengah malam kayak gini, kalau ditengah jalan diapa apain orang gimana coba?
Jadi saya yang salah udah ngebiarin mbak. Udah, ini KTM saya, ini no hp saya besok
kita janji ketemuan di bengkel, saya minta no hp mbak biar gampang hubunginya”
Itu jawabanku saat itu. Setelah aku berkata demikian, Novita langsung
meng-iyakan penawaranku itu, dia beri aku no hp nya, kemudian dia langsung
menaiki motorku untuk menuju kekosannya yang ternyata di daerah Jakal. Entah
kenapa rasa kekhawatirannya tentang niat jahat yang jangan jangan ada pada
diriku, tiba tiba berubah menjadi rasa keperayaanya padaku. Padahal jika
dilihat-lihat, jika aku jual motornya, bisa aku dapat harga 1,5 kali lipat
motor tuaku. Entah kenapa, prasangka tersebut, hilang dengan sekejap.
Keseokan harinya
akupun berjanji untuk bertemu dengannya kembali, disuatu bengkel dekat dengan
kos ku. Disana kemudian kami bertemu, dan bertukar motor kembali. Selepas itu,
kami menuju sebuah warung, warung yang akan jadi saksi pertemuan kami. Dia
mengajaku makan siang bersama dan sebagai ucapan terima kasih dial ah yang saat
itu membayari makan siang kami. Kami bercerita banyak tentang sesuatu, baik itu
tentang kuliah, organisasi, hobi ya semua canda tawa saat pertemuan awal itu.
Sampai tak terasa 1 jam sudah aku membersamainya, dan tiba tiba terdengar
“Allahu akbar..Allahu
akbar!!”
“Eh udah adzan , kita
solat dulu yuk, kita jamaah aja di masjid, kamu mau jamaah atau solat dirumah?”
aku mencoba memotong pembicaraan, kemudian mengajaknya untuk solat.
“ Em..aku solat
dikampus aja ya Ilyas. Soanya aku mau ada rapat asisten, gak enak masak
ketuanya datang telat.hehe” balas Novita.
“oh gitu, eh tunggu
kenapa bisa tau namaku? Padahal tadi aku belum mengenalkan namaku? Dan kamu, oh
ya aku belum tau namamu siapa.” Balas aku dengan keheranan
“hehe, gimana sih,
aku kan tau dari KTM yang kamu kasih kemarin Yas, kamu ini pelupa. Oh ya namaku
Novita Dwi Arinda, biasa dipanggil Vita kalau di kampus, Dwi kalau di kos, dan Arinda
kalau di kelas. Mau panggil apa aja terserah..”
Kemudian aku
menawarkan panggilan Novi padanya,
“Kalau Novi itu
panggilan pas dimana? Dijalan? Hehe”
Kemudian dia menjawab
malu, “kalau Novi itu panggilan khusus karena hanya Ayah saja yang memanggilku
dengan panggilan Novi”
“Oke kalo gitu aku
panggil Novi aja ya”
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Semenjak kejadian itu
kami sangat sering berinteraksi, baik lewat SMS atupun melalui Medsos. Tapi aku
agak cuek, dan sebenernya paham, bahwa semua ada batasan yang harus dilakukan
ketika berinteraksi dengan lawan jenis, yah tapi Novi memang seperti itu,
selalu dia yang mulai terus. Dan aku dengan terpaksa tetap mengalah..
bersambung
No comments:
Post a Comment