Thursday 26 April 2012

CATATAN SI UCIL

Kajian oy..kajian..!!!

Jam 16.00 di kosan Ucil,……..

Ucil:“goal haha, aku menang haha”
Ali : “ sempruull, ini mah stiknya rusak”
Ucil :” Ah, alesan aja kamu li. Bilang aja kalau aku memang master PES, ahaha”

Tiba-tiba..

Kang soleh : “MasyaAllah udah pada solat ashar belon? Malah nge-PES.
Ucil : “ udah kang soleh, tadi ane di belakang antum kang soleh solatnya”
Kang Soleh: “ gaya banget cil, pake ane antum segala. Eh ayok ikut kajian kang soleh yook, di masjid Al ikhlas”
Ali:” Waah nanggunga banget kang, baru setengah babak”
Kang Soleh : “ Kalian ini. Beneran nih padahal bakal dikasih hadiah kalau pada mau dateng”
Ucil: “beneran kang?”
Kang soleh: “ ya udah kalau gak percaya”
Ucil :” mau dong hadiahnya apa dulu nih?”
Kang Soleh: “ halah mau yang lebih keren dari pes? FIFA ada, PES malah ada, Laptop ada, UANG ada!!, tinggal milih!!”
Ucil :” tanpa basa-basi, Ayo gowes Li..”

.................

Setelah kajian........
Ucil : “mana kang hadiahnya? Aku pilih laptop aja deh.”
Ali : “ kalau aku duit aja deh kang.”
Kang Soleh: “hehe.hadiahnya besok yee di Surga. Ada banyak dan lengkap, bebas milih,laptop, duit, apalagi bidadari lengkap. Kalau ikut kajian kan Ilmu jadi tambah, iman jadi tambah, malaikatpun ikut ngedoain kita. Dan Allah bakal ngasih Surga, yaa tho?, makanya makin banyak ngaji makin banyak yang bakal dikasih Allah”
Ucil Ali : “ iyaaa deh T_T “


NGE-PES BOLEH ASAL JANGAN BERLEBIHAN, KALAU ADA HAL YANG JAUH LEBIH BERMANFAAT MENGAPA TIDAAAK!!!!

Tidaklah duduk suatu kaum berdzikir kepada Allâh,kecuali para malaikat mengelilinginya, rahmat menyelimutinya dan turun kepada mereka ketenangan,serta Allâh memujinya di hadapan makhluk yang berada di sisinya.(Riwayat Muslim, no. 6795 dan Ahmad)

Sunday 8 April 2012

Senyumu Memantapkan Batinku (Perjalanan Hidup Muhammad Ilyas)

Di tengah panasnya cuaca kota Karanganyar, pemuda itu berlari sekencang-kencangnya menuju rumah kecil di pojok pertigaan. Dia ingin segera memberi tahukan kabar gembira untuk Ibunya yang sedang menunggunya di rumah. Seragam putih-biru yang Dia kenakan, menjadi saksi bagaimana perjuangannya selama 3 tahun di bangku menengah pertama.

“Assalamu’alaikum. Ibu, Ilyas pulang.” Teriak semangat Muhammad Ilyas, pemuda yang sangat polos dan masih mencari jati dirinya.

“Wa’alaikumsalam, Iya yas. Gimana hasilnya nak? Diterima? Bapak baru saja menelpon Ibu, menanyakan apakah kamu diterima atau tidak.” Sahut Ibu Ilyas, yang terlihat sedang sibuk didapur.

“ Alhamdulillah Bu, Ilyas diterima.” Lanjut Ilyas

“ Alhamdulillah Nak, tiada mengucap rasa syukur kecuali hanya kepada Sang Maha Pemberi Sesuatu. Kamu peringkat berapa?” sambil menatap wajah putranya, Ibu Ilyas berkata pada Ilyas.

“Jangan ditanya peringkat Bu, Ilyas masih kalah sama Fatah dan Alfi. Mereka berdua ada di jajaran atas, Ilyas cuma peringkat pas-pasan.” Jawab Ilyas.

“ Oh, itu tidak masalah Nak. Ibu hanya mau tahu sejauh mana Ilyas bersyukur sama Allah. Peringkat berapapun harus tetap disyukuri, karena ini buah dari ikhtiar dan doa Ilyas yang sudah maksimal. Apapun hasilnya, itu sudah urusan Allah.”


SMA 1 Karanganyar, menjadi target selanjutnya Muhammad Ilyas untuk menimba ilmu. SMA yang di huni oleh pemuda-pemuda pilihan dari seluruh penjuru kota, tidak menyurutkan semangat Ilyas untuk meraih cita-citanya untuk bersekolah disana. Berkat Allah lah, akhirnya kesempatan itu hadir, meski Dia berada di peringkat bawah dalam tes penerimaan siswa baru SMA 1 Karanganyar.

“ Oke Bu. Akan Ilyas buktikan pada Bapak, dan teman-teman, kalau Ilyas bisa dan mampu. Ganesha aku datang!!!” teriak Ilyas dengan semangat.

Kampus Ganesha adalah cita-cita Ilyas untuk menuntut Ilmu disana. Ketertarikanya pada Listrik membuat Dia berjuang untuk memasuki Institusi Teknologi terbaik di Indonesia.

........

“…Maha benar Allah atas segala firmanNya. Alhamdulillah, Pak Furqon, Ilyas diterima di SMA 1 Karanganyar pak, mohon doa restunya ya.”


Setiap Selasa malam, Ilyas melanjutkan rutinitas untuk mengaji di rumah, dengan mengundang guru privat mengajinya, Pak Furqon namanya. Pak Furqon sudah membimbing Ilyas selama 5 tahun untuk megaji privat, dan beliau juga sering menasihati Ilyas dalam hal keagamaan. Tak heran, kalau Ilyas sangat akrab dengan pak furqon. Selain sebagai guru agama di SD dekat rumahnya, Pak Furqon juga menyempatkan diri membagi ilmunya sebagai guru privat mengaji, salah satunya adalah Ilyas dan Putra.

“ Bagus Yas. Selama kita masih berusaha, dan berdoa, Allah pasti akan memberikan sesuatu yang terbaik buat diri kita. Jadi jangan sia-sia kan kesempatan yang Allah berikan ini ya Nak. Bersyukur lah.” Pak furqon selalu menasihati Ilyas seputar kehidupan, dan biasanya langsung di aplikasikan ke dalam sebuah cerita sahabat, yang mungkin menjadi salah satu sesi yang paling ditunggu-tunggu Ilyas dan Putra, ketika Pak Furqon bercerita.

“ Oh jelas pak. Ilyas sudah dewasa, dan Ilyas sudah tahu apa yang harus lakukan buat masa depan Ilyas, yang penting selalu mnyertakan Allah dalam setiap langkah kita” jawab Ilyas dengan penuh semangat.

“ Nah itu yang paling penting. Jangan cepat puas dengan apa yang kita punya, selalu memberi dan berbagi sesama saudara kita.
Baik hari ini ada sebuah kisah unik dari seorang pencari ilmu yang tak kenal pantang menyerah”
Pak furqon segera memulai ceritanya.

“ nama sahabatnya siapa Pak Fur?” jawab Putra.

“ Ya, sahabat ini tak kenal putus asa, dia rajin, dulunya orang yang tidak terlalu diperhitungkan dalam hal ilmu, bahkan kalau ibaratnya di kelas, beliau adalah rangking paling akhir di kelasnya. Namanya Ibnu Hajar” Pak Furqon menjelaskan kepada Ilyas dan Putra.
(bersambung)

SOSOK TAULADAN MBAH UTI (MBAH MUSTI’AH)

Kedermawannya, ketulusannya seakan tak pernah akan terlupa meski beliau sudah tiada.
82 tahun, tanggal 6 April 2012, pukul 14.00 beliau di panggil Allah, ketika sedang menjalankan solat dhuhur. Beliau sudah berbaring sakit lebih dari satu bulan yang lalu. Beliau menderita penyakit kelenjar getah kuning, satu-satu nya penyakit yang ganas yang menyerang Allah kirimkan buat beliau.

Kata-kata ini yang terakhir saya dengar dari mulut beliau yang ditujukan kepada saya “ alhamdulillah”.

Ketika itu saya menyakan kabar beliau yang sedang berbaring di rumah sakit melalui telpon seluler, ketika itu beliau telah mengalami sebuah mukjizat sehingga bisa terus melanjutkan pembekalannya di dunia.

Allah hu akbar, Innalillahi wa inna ‘ilaihi roji’un. Tepat jam 14 lebih sedikit saya mendengar kabar dari adik jika mbah uti sudah “kapundut”. Air mata berjatuhan, tak kuasa mendengar kabar itu, tapi inilah namanya ketetapan Allah.

Di masa hidupnya beliau adalah salah satu orang terbaik yang pernah saya miliki. Beliau mirip sperti Ibu saya, baik sekali. Yang sangat mengenang adalah sikap tulus beliau, beliau yang tak pernah mengeluh dalam menerima ujian, musibah, sakit. Beliau nenek yang sangat sayang kepada cucu-cucunya. Ketulusan beliau terlihat saat beliau bicara, menyikapi sesuatu dan beliau sangat senang bercerita. Beliau juga adalah seorang dermawan. Memberikan sesuatu yang terbaik untuk orang lain khususnya keluarganya. Beliau orang yang begitu memuliakan tamu, orang yang taat pada agamnya. Meskipun sedang berbaring sakit, beliau tak pernah lalai untuk melaksanakn solat. Ajaran Rosul benar-benar di genggam dan tancapkan di hati beliau.
Beliau adalah seorang istri yang sangat taat pada suaminya. Ketika itu Mbah uti mati-matian berkorban untuk merawat Mbah kakung yang sedang sakit, bahkan ketika beliau sakit pun, masih sempat menanyakan pada anak-anaknya “ Bapak wis dahar durung?”

Beliau adalah guru yang baik buat anak-anaknya, buat siapa saja yang mengenalnya.
Saya benar-benar bangga punya nenek seperti beliau, nenek yang sangat baik hati dan penyayang.

Saya bahagia sekali ketika bisa membahagiakan beliau dengan masuk disalah satu universitas terbesar di Indonesia, UGM. Beliau begitu sangat senang sekali ketika saya dan saudara saya bisa bersekolah di sana.

“Ya Allah hanya doa yang bisa hamba lakukan untuk Mbah uti. Yang Maha pengasih, Maha Pemilik Kehidupan,dan Kematian, ampuni segala dosa-dosa Mbah uti, terimalah segala amal-amal baiknya selama hidup di dunia, tempatkanlah beliau di tempat terbaik sebelum Engkau bangkitkan besok di hari kiamat, Jadikanlah beliau Khusnul Khotimah, Pertemukan dan kumpulkanlah kami , dan keluarga di Jannah mu kelak” Amiin..


Yogyakarta, 8 April 2012

Dari TUGU sampai Balapan

Dari Tugu sampai Balapan

Kesempatan datang berkali-kali, dalam artian kesempatan untuk berbuat maksiat ( godaan hawa nafsu), astaghfirullahal’adzim.

Stasiun Tugu, Yogyakarta, 22 Maret 2012. Berjubel orang yang berbondong-bondong untuk menaiki mesin yang sangat fenomenal, kereta api, untuk mencoba menyambung silaturahim maupun kembali sejenak ke kampung halaman. Ya, bertepatan satu hari sebelum Hari Libur Nasional.

Mungkin bisa diitung jari, yang ke berapa saya naik kereta api, situasi nya beda, ramai dan setiap orang berlomba-lomba untuk dapat tempat duduk.
Kereta api tepat datang jam 16.15 WIB. Sesuai dengan papan pengumuman yang di tempel di bagian karcis, tapi sayangnya ndak ada pengumuman kereta berangkat jam berapa, dan sampai ke tujuan jam berapa. Prambanan ekspress, yang sering disapa Prameks, kereta ekonomi yang sangat merakyat untuk semua kalangan, mulai dari pelajar sampai mbah-mbah sepuh, pilihan tepat yang langsung di ekksekusi dengan tiket Cuma 10 ribu.

ee..kereta tiba, para pengantri sudah langsung berancang –ancang mencuri start, untung saja gak ada yang terjun ke bawah rel. Berdesak-desakan, mencoba masuk ke pintu masuk kereta. Yang paling bisa dilakukan istighfar sebanyak-banyaknya (dosok sana,dosok sini), gak peduli pria-wanita yang penting dapat tempat yang wenak di dalam kereta.

Setelah masuk ke dalam,ada ibu-ibu yang tiba-tiba menjawil saya. “mas,mas..” sambil menunjukan sesuatu petunjuk yang tertulis di kereta. Ternyata tulisan itu, GERBONG KHUSUS WANITA. Hehe. Kaget, campur malu, campur seneng juga, ditambah gak terlalu was-was, karena banyak laki-laki juga yang salah masuk.

“Pak, ini gerbong khusus wanita, mohon pindah, hargai kami sebagai wanita” sahut salah satu wanita penghuni gerbong. “lho2,saya gak tau mbak, sudah terlanjur disini e, masak ya mau pindah, ini juga sudah penuh..” kata salah satu bapak yang mencoba membalas. “ ini peraturan pak, di Jakarta juga sudah ada kaya gini,” balas perempuan, “ya sudah-ya sudah biar nanti petugas yang merapikan, ini juga mau berangkat keretanya.”bapak tadi meyakinkan wanita.

Beberapa menit kemudian para petugas datang dan merapikan kami pria yang tersesat (salah gerbong). Saya terkejut ternyata ada juga peraturan seperti itu gerbong wanita), ya bukan apa-apa, ini bentuk perubahan yang harus dipertahankan dan perlu ditambah lagi, mulai dari jumlah gerbong khususnya. Hal ini dalam menjaga saling mepet-mepet dan bersenggolanya ikhwan/akhwat. Hal ini ternyata sudah dipakai di Jepang, pada bus atau kendaraan umum yang lain, tempat duduk khusus wanita yang disediakan beberapa deret tertentu sudah di terapkan disana. Jepang menilai, mengutamakan wanita yang khusunya adalah wanita hamil, sangat perlu di utamakan. Begitupun di Mekkah, kendaraan umum seperti Bus, sudah menerapkan pemisahan antara ikhwan dan akhwat.
Ya..ya. negara kita harus dan saya rasa tepat untuk mengutamakan sistem seperti ini. Selain juga menjga interaksi ikhwan akhwat, hal ini juga mendukung kenyamanan dalam berkendaraan, dan mengurangi kesempatan-kesempatan yang tidak jelas ( senggol-menyenggol). Hal positifnya juga untuk ibu hamil, sangat perlu di utamakan.



Masuk di salah satu gerbong, wah, ternyata sudah penuh. Akhirnya dengan sekuat tenaga mencoba bertahan diantara kaum hawa, dan cuaca yang sangat sumpek. Peluit dari salah seorang petugas, tanda kereta berangkat. Tut..tut..
Tapi Alhamdulillah, sudah dapat tempat yang PW.

Ee..tiba-tiba kereta masih mau mengisi penumpang lagi, ketika itu berhenti di stasiun lempuyangan, padahal saya rasa kapasitas sudah tidak memenuhi. Tambah lagi ikhwan/akhwat saling sundul menyundul, rebutan masuk. Lalu, kereta api kembali melanjutkan perjalanan. Alhamdulillah lagi, posisi masih PW.

Ee..Tak taunya berhenti di Bandara Adi Sucipto, masyaAllah, saya tidak yakin dengan kekuatan Kereta (feeling orang sipil). Sepertinya sudah mencapai overload.
Waduh, akhirnya kehilangan posisi PW. Tapi dari situ, saya banyak melihat bermacam-macam karakter orang. Ada yang mencoba beramah tamah dengan sampingnya, ada yang tersenyum, ada yang cemberut, dan satu yang pasti, semua memegang HP. Huh..huh.. Ditengah perjalanan saya mendengar pembicaraan orang. “ini masih mending lho, liat deh Jakarta, malah lebih parah, pintu kereta aja udah pada rusak, dirusakin penumpang-penumpang nakal. Lalu mereka pada gelantungan kayak di bus. Ada juga yang di atas pada naik disana. Ngeri deh.”kata salah seorang penumpang.

Ternyata memang orang Indonesia memang punya kerakter yang kuat, agak buas-buas dikit. Bayangkan saja, ketika beban orang melebihi beban rencana yang mestinya diterima kereta. Pasti akan sangat membahayakan. Yang bener saja, sampai-sampai ada yang gandulan dan naik diatas kereta. Kalau tiba-tiba jatuh gimana coba. Nyawa taruhannya. Pemerintah harusnya menghimbau petugas kereta agar lebih tegas dalam mengelola kenyamanan penumpang dalam berkereta. Jangan sampai membedakan anara ekonomi, eksekutif, jangan please.. Jumlah tiket harusnya di batasi penjualannya, agar kereta bisa berjalan dan beroperasi dengan semestinya. Bayangkan jika tiba-tiba kereta ngguling karena banyaknya beban penumpang,kacau kan.

Tiba-tiba,cit…kereta mengerem mendadak. Para penumpang menyerukan nama Allah, diselingi ada yang ketawa pula,lampu kereta juga padam. Wah, apakah jangan-jangan karena overload. Kereta macet dalam beberapa menit, 4-7 menit. Was-was, dibarengi dengan udara yang sangat panas menghampiri para penumpang di kereta. Akhirnya setelah beberapa menit berselang, kereta kembali melanjutkan perjalanan, dengan kecepatan yang tidak sperti dulu saya naik kereta.

Harapan untuk mendapatkan kembali datang, ketika kereta berhenti di 2 stasiun untuk menurunkan penumpang..duh-duh.alhamdulillah.

Tempat duduk akhirnya di dapat. Tiba-tiba salah satu mbak-mbak menanyai saya.” Mas turun mana?”, “oh Jebres” sahut saya. “tapi kalau jam segini keretanya gak berhenti Jeres mas, langsung ke purwosari dan balik kejogja.” Balas mbak yang sambil memakai helm di dalam kereta.”oh ya to?makasih” sahut saya lagi. Dan saat di stasiun Balapan, saya turun, menuju pintu keluar, disambut para tukang ojek dan taksi yang selalu setia untuk para penumpangnya. Tapi ternyata kawan sudah menjemput,akhirnya sampai juga…


Kondisi kekinian sistem/management perkereta apian di Indonesia, kalah sama luar negri, tapi aku tetep CINTA NEGERIKU !!