Menurut saya keromantisan bisa
kita ekspresikan dengan siapapun asal tepat caranya. Keromantisan harus punya
frame sendiri namanya aturan, yang membatasi sejauh mana kita dapat melakukan
keromantisan itu, istilahnya kalau di agama islam adalah syari’at.
Mengenal objek dan batasan
membuat kita paham bagaimana meletakan sesuatu agar tetap romantis di jalan
yang semestinya. Malahan pikir saya akan terasa lebih romantis dibanding
cara-cara mainstream keromantisan khususnya yang melibatkan subjek-objek yang
beda jenis berlabel haram. Tak ingin berjabat tangan dengannya karena bukan hak
kita, membatasi percakapan chating, atau bahkan mengantarkan motor untuk menjemputnya
dihalte kemudian kita rela untuk berjalan kaki. Singkatnya menjaga agar tak
berkurang nilai kesuciannya. (Ini pandangan saya selaku subjek, entah bagaimana
objek memandangnya)
Pun halnya untuk
keromantisan-keromantisan yang lain, meletakan kepala di pangkuan istri,
memberi kejutan tiket naik haji untuk orang tua, saling bertukar kado dengan
sahabat, bisa juga berduaan mesra dengan Tuhan ditengah malam sunyi.
No comments:
Post a Comment