Mungkin profesi yang tertulis
diatas adalah profesi yang akan saya lakoni
3 tahun kedepan, insyaAllah. Sekalipun saya tak pernah berpikir untuk melakoni
profesi tersebut. Bukan hanya karena gelapnya profesi diatas yang menjadi momok,
terkhusus saya akan bertanggung jawab atas jutaan manusia yang beraktivitas
dalam “hasil karya” saya nantinya. Itulah mungkin yang membuat saya berpikir
100 kali untuk memilih plan B atau C.
Tapi, beberapa waktu lalu saya
baru saja menyelesaikan tahap akhir untuk menuju kesana, meski harus
menyelesaikan skripsi dan beberapa urusan kampus lainnya. Niat awal coba-coba,
tapi lha kok ya rejeki, “yo wis dijalani
dulu saja” kata orang tua.
Isu mengenai gelapnya dunia
diatas ternyata terklarifikasi oleh pewawancara saya yang tersirat menceritakan
panjang lebar mengenai hal tersebut. Beliau menceritakan bahwa hal-hal tersebut
adalah suatu yang akan dihadapi di lapangan, dan itu akan menjadi hal-hal wajar
bagi yang sudah lama disana, pun idealisme-idealisme dari kampus yang terkadang
tak bisa di paksakan ketika berada di lapangan. Kemudian beliau mengakhiri
pembicaraannya denga kata tapi, “tapi ingat, itu adalah ulah person bukan perusahaan.” Ya mungkin
pungkasan kalimat itu yang membuat pikiran saya sedikit terbuka untuk mantap
melakoni profesi itu.
Mari kita tunggu saja
episode-episode selanjutnya dari Tuhan,
Banyak cara menunuju ke syurga, meski harus bertatih-tatih menghilangkan lumpur yang tak ada habisnya.
No comments:
Post a Comment