Sunday, 8 April 2012

Senyumu Memantapkan Batinku (Perjalanan Hidup Muhammad Ilyas)

Di tengah panasnya cuaca kota Karanganyar, pemuda itu berlari sekencang-kencangnya menuju rumah kecil di pojok pertigaan. Dia ingin segera memberi tahukan kabar gembira untuk Ibunya yang sedang menunggunya di rumah. Seragam putih-biru yang Dia kenakan, menjadi saksi bagaimana perjuangannya selama 3 tahun di bangku menengah pertama.

“Assalamu’alaikum. Ibu, Ilyas pulang.” Teriak semangat Muhammad Ilyas, pemuda yang sangat polos dan masih mencari jati dirinya.

“Wa’alaikumsalam, Iya yas. Gimana hasilnya nak? Diterima? Bapak baru saja menelpon Ibu, menanyakan apakah kamu diterima atau tidak.” Sahut Ibu Ilyas, yang terlihat sedang sibuk didapur.

“ Alhamdulillah Bu, Ilyas diterima.” Lanjut Ilyas

“ Alhamdulillah Nak, tiada mengucap rasa syukur kecuali hanya kepada Sang Maha Pemberi Sesuatu. Kamu peringkat berapa?” sambil menatap wajah putranya, Ibu Ilyas berkata pada Ilyas.

“Jangan ditanya peringkat Bu, Ilyas masih kalah sama Fatah dan Alfi. Mereka berdua ada di jajaran atas, Ilyas cuma peringkat pas-pasan.” Jawab Ilyas.

“ Oh, itu tidak masalah Nak. Ibu hanya mau tahu sejauh mana Ilyas bersyukur sama Allah. Peringkat berapapun harus tetap disyukuri, karena ini buah dari ikhtiar dan doa Ilyas yang sudah maksimal. Apapun hasilnya, itu sudah urusan Allah.”


SMA 1 Karanganyar, menjadi target selanjutnya Muhammad Ilyas untuk menimba ilmu. SMA yang di huni oleh pemuda-pemuda pilihan dari seluruh penjuru kota, tidak menyurutkan semangat Ilyas untuk meraih cita-citanya untuk bersekolah disana. Berkat Allah lah, akhirnya kesempatan itu hadir, meski Dia berada di peringkat bawah dalam tes penerimaan siswa baru SMA 1 Karanganyar.

“ Oke Bu. Akan Ilyas buktikan pada Bapak, dan teman-teman, kalau Ilyas bisa dan mampu. Ganesha aku datang!!!” teriak Ilyas dengan semangat.

Kampus Ganesha adalah cita-cita Ilyas untuk menuntut Ilmu disana. Ketertarikanya pada Listrik membuat Dia berjuang untuk memasuki Institusi Teknologi terbaik di Indonesia.

........

“…Maha benar Allah atas segala firmanNya. Alhamdulillah, Pak Furqon, Ilyas diterima di SMA 1 Karanganyar pak, mohon doa restunya ya.”


Setiap Selasa malam, Ilyas melanjutkan rutinitas untuk mengaji di rumah, dengan mengundang guru privat mengajinya, Pak Furqon namanya. Pak Furqon sudah membimbing Ilyas selama 5 tahun untuk megaji privat, dan beliau juga sering menasihati Ilyas dalam hal keagamaan. Tak heran, kalau Ilyas sangat akrab dengan pak furqon. Selain sebagai guru agama di SD dekat rumahnya, Pak Furqon juga menyempatkan diri membagi ilmunya sebagai guru privat mengaji, salah satunya adalah Ilyas dan Putra.

“ Bagus Yas. Selama kita masih berusaha, dan berdoa, Allah pasti akan memberikan sesuatu yang terbaik buat diri kita. Jadi jangan sia-sia kan kesempatan yang Allah berikan ini ya Nak. Bersyukur lah.” Pak furqon selalu menasihati Ilyas seputar kehidupan, dan biasanya langsung di aplikasikan ke dalam sebuah cerita sahabat, yang mungkin menjadi salah satu sesi yang paling ditunggu-tunggu Ilyas dan Putra, ketika Pak Furqon bercerita.

“ Oh jelas pak. Ilyas sudah dewasa, dan Ilyas sudah tahu apa yang harus lakukan buat masa depan Ilyas, yang penting selalu mnyertakan Allah dalam setiap langkah kita” jawab Ilyas dengan penuh semangat.

“ Nah itu yang paling penting. Jangan cepat puas dengan apa yang kita punya, selalu memberi dan berbagi sesama saudara kita.
Baik hari ini ada sebuah kisah unik dari seorang pencari ilmu yang tak kenal pantang menyerah”
Pak furqon segera memulai ceritanya.

“ nama sahabatnya siapa Pak Fur?” jawab Putra.

“ Ya, sahabat ini tak kenal putus asa, dia rajin, dulunya orang yang tidak terlalu diperhitungkan dalam hal ilmu, bahkan kalau ibaratnya di kelas, beliau adalah rangking paling akhir di kelasnya. Namanya Ibnu Hajar” Pak Furqon menjelaskan kepada Ilyas dan Putra.
(bersambung)

No comments:

Post a Comment